Home / Nasional / Hari Sejuta Kiblat, DPP LDII Sosialisasi Pengukuran Arah Kiblat se-Indonesia

Hari Sejuta Kiblat, DPP LDII Sosialisasi Pengukuran Arah Kiblat se-Indonesia

Hari Sejuta Kiblat, DPP LDII Sosialisasi Pengukuran Arah Kiblat se-Indonesia

Jakarta (27/5). Memanfaatkan momentum Rahshdul Qiblah atau fenomena matahari melintas tepat di atas Kabah maka Kementrian Agama RI menginiasi Hari Sejuta Kiblat. DPP LDII menggelar sosialisasi dan praktek pengukuran arah kiblat untuk masjid-masjid yang bernaung di bawah LDII di seluruh Indonesia. Acara tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren Minhajurrosidin, Jakarta Timur, Senin (27/5).

Hari Sejuta Kiblat itu diinisiasi Kementerian Agama (Kemenag) RI tersebut, merupakan upaya meningkatkan pemahaman arah kiblat dan cara menentukan kiblat. Menurut anggota tim _Rukyat Hilal DPP LDII, Budi Raharjo rahshdul qiblah_ merupakan fenomena alam yang hanya terjadi dua kali dalam setahun, “Tepatnya pada Bulan Mei dan Juli, yaitu saat matahari tepat lurus di atas Kabah, sehingga bayangan suatu benda tegak lurus mengarah kiblat,” tutur Budi.

Menurutnya, saat itulah menjadi waktu yang tepat untuk mengukur kembali arah kiblat, “Untuk mengukurnya posisi matahari harus tepat, sebab saat matahari melintasi Kabah, ada ambang batas waktunya. Kalau di Mekkah sekarang pada pukul 12.18 Waktu Arab Saudi, kalau di Indonesia wilayah barat 16.18 WIB dan wilayah tengah 17.18 WITA,” jelasnya.

Dalam sosialisasi tersebut, Budi menjelaskan terdapat dua metode yang digunakan untuk menentukan arah kiblat, yaitu _rahshdul qiblah_ dan _sun compass,_ “Setelah kami menggunakan metode rahshdul qiblah yaitu presisi bayangan matahari pada sudut 90 derajat, kami cek kembali dengan aplikasi _sun compass_ yang ternyata hasil akurasinya sama. Untuk itu, kedua metode ini saling berhubungan dan memperkuat satu sama lain,” tambah Budi.

Lebih jelas Budi mengatakan, untuk menggunakan metode _rahshdul qiblah_ beberapa memerlukan dua penggaris siku-siku. Penggaris pertama ditegakluruskan sesuai titik bayangan matahari, kemudian penggaris kedua untuk presisi sudut 90 derajat dari bayangan penggaris pertama. Dengan cara diletakkan tepat pada bayangan tersebut, dan ini juga untuk menentukan posisi imam salat.

Kemudian penggaris pertama digunakan kembali untuk mengukur kesejajaran posisi makmum dengan imam salat. Lalu diperlukan juga sebuah bandul yang berfungsi untuk membantu titik kemiringannya, sebab jika keliru sedikit saja dapat mempengaruhi jarak dengan Kabah.

Menurut Budi, metode tersebut direkomendasikan pula oleh Nahdlatul Ulama (NU). Penggunaan aplikasi Sun Compass memungkinkan menunjuk arah lurus ke Al-Mutazam, yaitu daerah yang berada di tengah-tengah antara sisi kiri pintu Kabah dan Hajr Al-Aswad.

Mengukur kembali kiblat juga dilaksanakan Ponpes Arroyan Jajag  dan DPD LDII Kabupaten Banyuwangi di Masjid Al Huda Jajag Banyuwangi, Jawa Timur. Ketua LDII DPD Kabupaten Banyuwangi, H. Astro Junaidi mengatakan, kegiatan mengukur kembali kiblat merupakan partisipasi LDII menyukseskan Rahshdul Qiblah, “Momen ini tepat untuk kembali memastikan arah kiblat masjid, termasuk juga mushola, dan tempat salat di rumah maupun perkantoran,” tutur Astro.

Momentum Rahshdul Qiblah, Kementrian Agama RI menginiasi Hari Sejuta Kiblat. “Kami sambut dengan baik program Kemenag RI tersebut, karena ini momentum yang tepat untuk memperkuat harmonisasi umat Islam dalam mengkonfirmasi arah kiblat. Apabila sudah sesuai berarti lebih memantapkan hati, yang belum sesuasi dapat disesuaikan kiblatnya. Karena ini salah satu elemen penting dalam beribadah,” ujarnya.

H. Astro juga mengajak seluruh PC, PAC, Ponpes, Majelis Taklim di lingkungan LDII Banyuwangi untuk turut serta dalam kegiatan Hari Sejuta Kiblat.

About LDII BANYUWANGI

Check Also

Revisi UU Pengelolaan Keuangan Haji, LDII Usulkan Perkuat Lima Aspek

Jakarta (6/3). Komisi VIII DPR RI tengah menyusun RUU Perubahan atas UU No 34 Tahun …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *